PAPMA-KASIH "PENGAJARAN MEMPELAI ALKITABIAH"

readbud - get paid to read and rate articles

Rabu, 02 November 2011

Saling Mengasihi

Kita sering mendengar istilah di dunia ini "tidak ada maaf bagimu”. Demikian dalam kebencian itu sehingga sanggup menutup pintu maaf seseorang. Atau kadang kita mau berdamai tapi karena alasan "harga diri” dan merasa tidak salah, maka perdamaian tidak pernah terwujud. Menjadi pertanyaan sekarang, sampai kapan kebencian itu akan kita simpan? Sampai kapan permusuhan itu kita pertahankan? Untuk "orang-orang di luar Tuhan” seringkali kebencian itu dibawanya sampai pada kematian. Akankah ini juga terjadi bagi orang yang mengaku sebagai murid-murid Yesus?

Selalu ada jalan keluar! Ya, kuasa Firman Tuhan sanggup merubuhkan tembok perseteruan dan mengadakan pendamaian. Dalam Injil Yohanes 13:1-20, Tuhan Yesus memberikan suatu teladan yang luar biasa. Dia yang adalah Guru dan Tuhan mau mencuci kaki murid-murid-Nya. Sebenarnya apa maksud Yesus mencuci kaki murid-murid-Nya?

Untuk mencuci kaki orang lain, maka seseorang harus mengambil tempat yang rendah. Sangat tidak mungkin mencuci kaki orang lain dilakukan dengan berdiri. Bahkan hal ini tidak akan pernah terjadi jika kita merasa sombong, merasa "lebih tinggi”, "lebih besar” dari orang yang akan kita cuci kakinya. Bahkan yang lebih penting lagi, seperti disebutkan dalam Yohanes 13:1, Yesus melakukan semuanya ini karena Dia "mengasihi” murid-murid-Nya. Kasih! Inilah yang memampukan kita mengerjakannya. Tanpa kasih, tidak mungkin kita sanggup melakukan.

Karena kasih juga, Yesus juga mencuci kaki Yudas, sekalipun Dia tahu bahwa Yudas akan mengkhianati-Nya. Mungkin wajar saja jika Yesus mencuci kaki murid yang mengasihi Dia, tapi mencuci kaki Yudas? Kita mungkin akan berkata "aku tidak pernah menyalibkan Yesus” atau "aku tidak pernah mengkhianati Yesus”, tapi tanpa kita sadari, dengan sikap kita yang mengabaikan ibadah dan pelayanan serta menolak Firman Tuhan, itu sudah menyakitkan hati Tuhan. Kita renungkan sejenak. Mampukah kita "mencuci kaki” (mengasihi) orang yang kita sudah tahu akan mengkhianati kita? Pada orang yang berbuat jahat dan menyakitkan hati kita? Namun ini sudah dilakukan Yesus!

Dalam Ibrani 10:28-29 dikatakan orang yang menolak hukum Musa (Firman Tuhan) harus dihukum mati tanpa belas kasihan, namun betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas orang yang menginjak-injak Anak Allah, seperti yang dilakukan Yudas. Namun Yesus tetap mengasihi Yudas, tetap mencuci kaki Yudas. Inilah teladan yang Yesus berikan bagi kita, mengasihi tanpa syarat.

Lebih jauh lagi, seperti terdapat dalam Yohanes 14:23, mengasihi dibuktikan dengan mau menuruti Firman Tuhan. Kepada kita yang mau menuruti Firman Tuhan, maka Bapa akan mengasihi kita dan tinggal bersama kita. Ini merupakan suatu kebahagiaan yang besar! Lalu bagaimana kita menuruti Firman Tuhan? Sekali lagi kita lihat dalam Yohanes 13:14 dan 17, Yesus berkata "Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; … Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.”

Menuruti Firman Tuhan berarti kita mau saling membasuh kaki, bukan dilakukan secara jasmani tetapi mempunyai arti saling mengasihi. Ini sangat jelas dapat kita baca dalam Yohanes 13:31-35. Jika kita mau saling mengasihi maka kita disebut sebagai murid-murid Yesus. Tapi orang yang tidak mau saling mengasihi, dia adalah bagaikan Yudas, memang sebagai murid Yesus, tapi dia adalah murid yang murtad dan mengkhianati Yesus.

Saling mengasihi akan terjadi jika kita mau menjadi kecil bagaikan iota, mau rendah hati. Tapi jika kita merasa diri "tidak salah” dan mementingkan "harga diri” maka kita tidak akan dapat mencuci kaki saudara, tidak akan dapat mengasihi saudara. Orang yang menyimpan kepahitan hati atau kebencian dalam hatinya tidak akan merasa damai, akan tertuduh bahkan pada saat dia berdoa. Namun jika kita mau membuang segala kepahitan hati dan mau datang memohon maaf dan memaafkan di antara saudara, maka seperti tertulis dalam dalam Yohanes 13:17, kita akan berbahagia.

Dalam Yohanes 13:1 dan 14:2-3 Yesus berkata bahwa Dia kembali kepada Bapa untuk menyediakan tempat dan berjanji akan kembali lagi. Pertanyaannya, untuk siapakah Yesus menyediakan tempat dan siapakah yang akan dijemput dan dibawa ke tempat-Nya di sorga? Jawabnya adalah untuk murid-murid-Nya, yang melakukan perintah-Nya yaitu hidup saling mengasihi, saling membasuh kaki.

Jadi sekarang, bagaimana kita? Apakah kita akan mempertahankan kebencian, kepahitan hati dan tidak mau merendahkan diri untuk saling memaafkan, saling mengasihi, demi "harga diri” kita? Ingatlah, bahwa dengan demikian kita bukanlah murid-murid Yesus. Atau mungkin kita berkata "aku adalah murid Yesus”, tapi sebenarnya kita adalah murid yang "murtad”, yang menyalibkan Tuhan seperti Yudas. Sekali lagi, sampai kapankah kebencian itu akan disimpan? Namun kebagiaan Tuhan limpahkan jika kita mau hidup dalam kasih persaudaraan, saling membasuh kaki, saling mengasihi. Filadelfia!

Hari Ini Ada Keselamatan

Setiap manusia memerlukan keselamatan. Berbagai cara ditempuh, dicari, diusahakan untuk mendapatkan keselamatan. Namun sebenarnya, apakah keselamatan itu? Adakah keselamatan di dunia ini? Bagaimana kita mendapatkan keselamatan?

Melalui Firman Tuhan kita diajar untuk rendah hati. Sebagaimana contoh dari Lukas 19:1-10, ada seorang kaya dan memiliki jabatan, Zakheus. Sekalipun demikian, dia yang "orang besar” mau menjadi kecil dengan dia mau mengorbankan harta kekayaannya. Bayangkan saja, setengah hartanya dia berikan pada orang miskin, ditambah lagi dia mengembalikan empat kali lipat pada orang yang telah diperasnya. Coba kita renungkan, seandainya kita harus melakukan hal demikian, tentu ini tidak mudah bahkan sangat berat untuk dilakukan. Apalagi Zakheus yang biasa hidup dengan kekayaannya harus menjadi miskin. Namun ini sudah dilakukan Zakheus, membuktikan dia rela menjadi "rendah” dan menjadi "kecil”.

Dalam kisah itu, pada saat Yesus melintasi kota Yerikho, Zakheus memanjat pohon ara untuk melihat Yesus. Coba kita bayangkan, Zakheus ada di atas sedangkan Yesus berjalan di bawahnya. Ini dapat memberikan pengertian seringkali kita meninggikan diri, tidak mau merendahkan hati. Mungkin karena kita merasa kaya, memiliki jabatan sebagaimana Zakheus. Namun Yesus berkata: "Zakheus, segeralah turun”. Zakheus pun tidak menunda waktu, dia segera menuruti kata Yesus, dia turun dari pohon ara. Supaya kita mendapatkan keselamatan, jangan menunda waktu lagi, sekarang juga kita harus "turun”, mau merendahkan hati.
Sungguh luar biasa apa yang kemudian diterima Zakheus. Tuhan Yesus mengatakan: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham.” Tuhan tidak menunda waktu untuk memberikan berkat keselamatan. Jika di ayat 5 Tuhan berkata pada Zakheus "... hari ini Aku harus menumpang di rumahmu”, maka "hari ini” juga keselamatan Tuhan berikan.
Kita memerlukan keselamatan bukan hanya secara pribadi, tapi juga dalam rumah kita. "Rumah” dalam arti pada nikah dan keluarga. Karena di akhir zaman, seperti tertulis dalam Lukas 12:52-53, akan ada pertentangan dalam satu rumah. Ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya. Sungguh tidak ada "keselamatan” dalam rumah semacam ini. Namun jika keselamatan Tuhan berikan maka ada keselamatan dalam rumah kita. Keselamatan atau dalam bahasa Ibrani adalah soteria mempunyai arti ada kemakmuran, ada kesehatan dan ada damai. Jadi jika dalam rumah ada keselamatan maka pasti juga ada damai, bukan pertentangan seperti dalam Lukas 12:52-53.

Tuhan memberikan keselamatan pada "hari ini”, bukan "besok”. Kata "hari ini” mempunyai arti setiap hari kita menikmati keselamatan dari Tuhan. Namun ada koreksi dari Firman Tuhan seperti terdapat dalam Ibrani 3:13 dan Ibrani 4:7, jika "hari ini” kita mendengar suara Firman Tuhan jangan mengeraskan hati. Jika kita mengeraskan hati maka keselamatan itu tidak pernah kita terima. Demikian halnya Zakheus, "hari ini” dia mendengar suara Yesus "segeralah turun”, maka "hari ini” juga dia segera turun, tidak mengeraskan hati, mau rendah hati. Seandainya Zakheus tidak mau turun, karena merasa dia orang kaya, orang berkedudukan, dan merasa sombong tidak mau diperintah, maka keselamatan juga tidak akan terjadi padanya.

Coba sejenak kita lihat diri kita sendiri. Mungkin kita memiliki kekayaan, memiliki kedudukan atau jabatan yang tinggi, dihormati banyak orang dan sebagainya. Seringkali semuanya itu menjadi penghalang untuk kita mengambil tempat yang rendah, mau menurut. Kalau kita perlu keselamatan, jangan mengeraskan hati sehingga keselamatan kita terima "hari ini”.

Kembali pada kata "hari ini”, dalam Mazmur 68:20-21 dikatakan hari demi hari Tuhan mau menanggung bagi kita, Allah adalah keselamatan kita bahkan meluputkan dari maut. Oleh sebab itu setiap hari kita juga harus ada persekutuan dengan Tuhan sebagaimana gereja mula-mula. Dalam Kisah Para Rasul 2:42-47 dikatakan, semua orang percaya dengan bertekun dan sehati berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah.

Kita perlu keselamatan di setiap hari, tapi seringkali kita "melupakan” Tuhan, kita mengabaikan bahkan menganggap tidak terlalu penting untuk melaksanakan ibadah. Kadang kita beribadah hanya "kalau ada waktu” atau "lain kali saja”, seolah-olah kita berikan yang "sisa-sisa” untuk Tuhan. Mungkin kita belum melaksanakan ibadah tiap hari, namun sebenarnya ada tiga ibadah utama; Kebaktian Umum, Kebaktian Pendalaman Alkitab dan Kebaktian Doa. Inipun seringkali kita abaikan karena segala pekerjaan kita. Tidak perlukah kita akan keselamatan di tiap hari? Marilah kita mengambil keputusan dan bertindak cepat seperti Zakheus serta tidak mengeraskan hati. Kita belajar mengutamakan Tuhan, ada persekutuan dengan Tuhan, dan memperhatikan hari-hari ibadah pada Tuhan. Sehingga keselamatan itu benar-benar nyata terjadi pada kita, pada seisi rumah kita. Bukan pertentangan yang terjadi tetapi berkat damai sejahtera dalam rumah kita. Mari kita mengasihi Yesus sebagai Mempelai Pria, Dia adalah Kepala yang menyelamatkan tubuh-Nya. "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!”. Amin

You Comment, I Follow

free counters